Cabut Gigi Di Puskesmas

Setelah bandar tekor saat kunjungan ke dokter gigi minggu kemarin, saya putuskan untuk melakukan rencana perawatan gigi yang sudah disusun dokter Ewaldo di puskesmas saja. Iya, soalnya biaya cabut graham bungsu ga murah bos! Dari hasil baca-baca biayanya bervariasi dari 750 ribu di FKG UI sampai yang jutaan di rumah sakit. Saya angkat tangan dan melambai ke kamera. Sempet terpikir mau ke FKG UI juga, tapi akhirnya ke puskesmas jua. Niatnya mau minta surat rujukan supaya bisa dicabut di rumah sakit, tapi kalo memang bisa dicabut di puskesmas ya ga masalah. Jadi ga repot.

Puskesmas yang saya tuju ini puskesmas kelurahan Rawamangun yang jam bukanya sebenarnya mulai 7.30 pagi. Tapi untuk poli gigi, pendaftaran dibuka mulai jam 6 pagi. Ada sekuriti yang bertugas jadi petugas pendaftaran. Dia yang mengurutkan nomer pasien sesuai kedatangan. Maksimal jumlah pasien gigi per hari adalah 25 orang. Saya datang jam 6.19 dan dapat urutan nomer 17. Jam 7 barulah nomer pendaftaran dibagikan sesuai urutan kedatangan untuk diserahkan kembali beserta kartu KJS pasien. Jam 7.30 puskesmas mulai resmi beroperasi tapi pasien gigi baru mulai dipanggil jam 8.15 

Akhirnya sampai juga giliran saya. Oleh dokternya saya diberi surat rujukan. Sebelumnya dokternya tanya rumah sakit mana yang mau saya tuju. Dokter menawarkan RS Budi Asih, tapi tidak saya iyakan karena lokasinya lumayan jauh. Hingga akhirnya dokternya menawarkan untuk dirujuk ke puskesmas kecamatan Pulo Gadung karena di sana dokternya banyak dan peralatannya lebih lengkap, kalau masih tidak bisa barulah dirujuk ke rumah sakit. Saya setuju dengan rencana tersebut karena lokasinya dekat. Toh gigi bungsu saya posisinya sepertinya mudah untuk dicabut karena tumbuhnya lurus, tidak rubuh di dalam gusi. Jam 10.30 kelar sudah penantian sejak pagi.

***

Tadi pagi, rencananya mau berangkat ke puskesmas kecamatan Pulo Gadung jam 8. Cancelled. Akhirnya berangkat jam 9 kurang. Sengaja ga datang pagi-pagi karena saya yakin puskesmas ini ga menerapkan sistem pembatasan jumlah pasien dan karena saya malas menunggu lama. Toh dokternya ga cuma satu, tidak seperti di puskesmas kelurahan. Asumsi saya pasien akan sudah berkurang banyak kalo saya datang siang jadi tidak perlu menunggu lama.

Jam 9 lewat sampai di puskesmas kecamatan dan saya dapat nomer antrian 54. Poli gigi terletak di lantai 3, sesampainya di lantai 3 ternyata antriannya baru sampai nomer belasan hahaha… Prediksi saya meleset jauh. Tapi untungnya dari angka 17 sampai ke 30-an berjalan cukup cepat karena banyak nomer yang dilewati. 

Saat tiba giliran saya, ternyata memang  untuk cabut gigi bungsu ini harus di rumah sakit. Oleh dokternya yang masih muda dan cantik, saya disarankan dirujuk ke Lakesgilut di Halim. Pertimbangannya adalah karena dia mengkhususkan di gigi dan mulut. Saya setuju, lalu selesailah penantian kedua ini. Kalau dihitung-hitung, ah, ternyata waktu yang harus saya habiskan menunggu di puskesmas kecamatan tidak jauh beda dengan yang di puskesmas kelurahan. 

Ternyata oh ternyata, nomer 54 adalah nomer kedua terakhir di poli gigi hari ini. Yah nasib, hahahah…